Laman

Rabu, 18 November 2009

"Antara Negara Ku dan Malaysia"

Belakangan ini banyak terjadi pengakuan sesuatu karya negara tertentu oleh negara lain. seperti halnya yang terjadi di Indonesia sekarang, isu yang paling hangat di beritakan di media masa dan elektronik pengakuan budaya serta pencerobohan oleh negara lain, hal ini seperti lumrah dimuali dari Batik, Angklung, Rendang, Wayang, lagu Rasa Sayange, Ambalat seta yang terakhir tari “Pendet” dan pulau Jemur di perairan Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Riau yang telah diklaim sebagai milik negara jiran tersebut.


Harus kita akui bersama bahwa penduduk Malaysia tidak hanya melayu, cina dan india saja, melainkan beberapa suku yang ada di Indonesia hijrah ke negara jiran Malaysia. Mereka tersebar di beberapa negeri (Propinsi) yang ada di Malaysia seperti suku Bugis tersebar di Johor sebuah negeri di selatan Malaysia, suku minang kabau di Negeri Sembilan dan Jawa di Johor dan Selangor. Sehinga tidak menutup kemungkinan bahwa budaya asal nenek moyang mereka di daerah asalnya Indonesia terbawa bersama dan menjadi turun temurun di Malaysia.

Seperti di Indonesia sendiri, terutama di Riau suku Bugis, Jawa, Minang, Banjar dan Batak banyak mendiami beberapa daerah di Propinsi Riau, toh tidak menjadi rahasia lagi walaupun mereka sudah turun temurun menetap disana bahasa, budaya dan adat istiadat mereka masih kental dengan yang aslinya sebagaimana dibawa oleh nenek moyang mereka merantau ke tanah Riau yg mayoritas adalah suku Melayu, budaya mereka tak lekang dan tak luntur oleh waktu.

Kondisi seperti inilah yang terjadi di Malaysia sehingga membuat masyarakat Indonesia seperti kebakaran jenggot, membangkitkan rasa benci yang mendalam. Disebalik isu-isu yang menyebabkan hubungan ke dua negara memanas ada sebuah agenda besar negara dibalik itu semua sehingga timbul pertanyaan yang tak urung mendapatkan jawaban, Ada apa Malaysia, Indonesai? Bagaimana Pembangunan Jembatan Malaka-Dumai?

Pertama, dari deretan pengklaiman yang dilakukan oleh pihak Malaysia menyebabkan rasa nasionalisme bangsa Indonesai spontan bangkit sehingga masyarakat terlupa dengan hal-hal lain di negaranya sendiri. Keinginan untuk mempertahankan apa yang dimiliki bangsa ini irosnisnya hanya melegalkan keinginan pihak berkepentingan.

Kedua, seperti yang dikatakan Steven Aftergood (1996) sebagai ”political secrecy”, system yang sengaja diciptakan karena ada begitu banyak kasus dalam pemerintahan negara, korupsi, dan patron client. Egoisme sektoral bisa terjadi disebabkan konspirasi politik untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap agenda negara sehingga konspirasi yang tercipta telah mengakibatkan rasionalitas masyarakat dalam waktu yang lama.

Ketiaga, banyak konspirasi yang dilakukan oleh pihak Malaysia sehingga rakyat Indonesia mudah terprovokasi mudah terpancing dengan isu-isu berkenaan dengan nasionalisme dan harga diri bangsa apakah itu benar adanya atau tidak. Seperti video pemukulan TKI oleh polisi Malaysia yang ditayangkan salah satu stasiun televisi yg cukup ternama di Indonesia sontak membuat emosi bangsa ini tersulut, padahal video ini merupakan penangkapan seorang perogol (pemerkosa) oleh scurity guard (satpam) yang belum diketahu asal usulnya.

Keinginan untuk tercipta kesetabilan pembangunan di negara ini sangat diharapkan oleh pemimpin bangsa maupun segenap rakyat Indonesia, sehingga negara ini menjadi disegani oleh bangsa lain. Wujudlah suatu ide kerjasama yang dirintis sejak masa orde baru sampai sekarang yaitu menyatukan Malaysia dan Indonesia dengan membangun sebuah jembatan terpanjang dunia dengan panjang diperkirakan 48.69 km.

Jembatan ini akan menghubungkan antara Malaka (Malaysia), Pulau Rupat (Indonesia) dan Dumai (Indonesia). Meskipun jembatan ini merupakan mega proyek akan tetapi pihak Malaysia lebih bersemangat dalam pengesahan hubungan kerjasama ini dengan beberapa alasan ; Pertama, meperbaiki hubungan bilateral Indonesia-Malaysia ; Kedua, potensi jaringan strategis pariwisata, menjadikan Dumai sebagai kota kembar Malaka ; Ketiga, peluang ekonomi sehingga, peluang Riau untuk ikut serta dalam ekonomi Asean.

Sebuah pertanyaan yang muncul, peluang Investasi atau ekspansi oleh negara jiran ini? membuat Malaysia begitu bersungguh-sungguh untuk pengesahan kerjasama yang paling lambat awal 2010.

Kita tahu bahwa dalam hal ini Malaysia memiliki kesiapan, seperti hasil seminar pembangunan jembatan Malaka-Dumai pada Agustus 2009 yang lalu, sempena pertemuan Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle (IMT-GT) di Malaysia. Seminar ini dihadiri para pengusaha Malaysia yang berminat membangun jembatan Malaka-Dumai, salah satunya adalah Straits of Melaka Mitra Sdn Bhd (SOMP).

Pembangunan proyek ini diusulkan dana nya sebesar US $ 12,5 miliar jembatan yang menghubungkan Malaysia dan Indonesia, proyek ini sempat tegendala sejak 14 tahun yang lalu. 15 persen dari dana untuk proyek ini berasal dari internal dan sisanya dari peminjaman bank yaitu diperoleh dari China's Exim Bank untuk mendukung rencana proyek jembatan yang lama pengerjanya diperkirakan selama 10 tahun ( 3 tahun perencanaan dan 7 tahun pembangunan)

Lalu jika proyek ini berhasil dilaksanakan dimana posisi pelabuhan Internasional?

Secara geografis Malaka memiliki lokasi yang strategis terletak di tengah-tengah jalur perdagangan dunia. Sementara pelabuhan Dumai posisinya kurang di untungkan terapit oleh Pulau Rupat sehingga posisinya kurang strategis tidak berhadapan langsung dengan jalur perdagangan dunia Selat Malaka. Padahal pelabuhan Dumai sudah dijadikan pelabuah ekspor impor minyak dan gas bumi oleh PT. Pertamina Persero keseluruh dunia sejak puluhan tahun lamanya, menjadi pelabuhan perdagangan dan pelabuhan penumpang Malaka-Dumai.

Dengan keberadaan pelabuhan Internasional di Malaka keuntungan buat Malaysia, produk yang akan masuk ke Indonesia terlebih dahulu singgahkan di Malaka kemudian pendistribusinya ke Indonesia melalui perjalanan darat menggunakan Jembatan Malaka-Dumai.

Sungguh disayangkan, ditinjau dari sisi pembangunan kerjasama ini hanya menjadi bumerang buat Indonesia pembuatan jembatan Malaka-Dumai hanya untuk menciptakan sejarah dunia saja. Sedangkan Indonesia akan kehilangan sumber aslinya (pelabuhan) dan mengharuskan kehilangan devisa yang merupaka salah satu sumber ekonomi negara.

Langkah apa yang harus kita lakukan?

Indonesia harus mempersiapkan SDM yang unggul dan terampil, tidak dipungkiri dalam pembangun proyek ini banyak melibatkan tenaga kerja Indonesia sehinga dimata dunia Indonesia tidak hanya bisa menjadi pekerja saja.

Mempersiapkan akses yang mudah serta infrastuktur, baik pelabuhan maupun pembangunan daerah perkotaan dengan standarisasi Internasional dan juga menciptakan sistem keamanan karna Indonesia terkenal dengan negara teroris dimata dunia. Agar peluang-peluang ekonomi yang menjadi tonggak pembangunan akan tercipta, menjadikan Dumai sebagai kota dagang setara dengan Singapura. Untuk itu tidak menutup kemungkinan peluang Dumai menjadi pelabuhan Internasional dan peluang Riau untuk ikut serta dalam ekonomi Asean cukup besar.

Sebagai bangsa yang besar kaya dengan budaya dan sumberdaya melimpah ruah kita harus menjaganya bersama dalam hal ini tidak hanya tanggung jawab negara semata melainkan mulai dari pemerintah pusat, pemerintah propinsi, kabupaten kota dan juga masyarakat yang merasa memeiliki unsur-unsur tersebut agar tetap melestarikannya serta mematenkan setiap karya, budaya hasil penelitian dan lain sebagainya ke lembaga dunia seperti UNESCO supaya karya kita tetap diakui dunia. agar bisa dirasakan oleh anak cucu kita di masa yang akan datang demi terciptanya pembangunan yang berkelanjutan.(*)

*Ismail Marzuki
  Masters Student Science of Development
  Universiti Kebangsaan Malaysia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar